31 August 2017

Singgalang, fenomema matahari terbit yang memukau

Terletak dalam pemerintahan kabupaten Tanah Datar, Singgalang merupakan sebuah nagari yang juga memiliki beberapa tempat cantik nan elok. Berada dalam kawasan tiga gunung sekaligus, triarga (Marapi, Singgalang dan simungil Tandikek) membuat tempat ini juga punya beberapa destinasi wisata baik gunung, air terjun dan lain sebagainya. Selain dikelilingi tiga gunung tersebut Nagari ini juga memiliki bukit yang memanjang sepanjang wilayah ini.

Memiliki ketinggian dari 700-1000-an MDPL, membuat nagari ini mempunyai suhu sejuk dan menyenangkan. Dengan dikelilingi gunung gunung yang menjulang tinggi serta bukit bukit yang memanjang sepanjang wilayah singgalang membuat daerah ini punya spot spot keren nan kece. Salah satunya adalah spot melihat matahari terbit ataupun matahari tenggelam.
Sebuah bukit tak bernama yang berdekatan dengan Gunung Tandikek adalah salah satu tempat untuk melihat fenomena ini. Keindahan matahari terbit dari Balik gunung Marapi serta matahari tenggelam dari laut lepas pariaman akan membuat kita takkan melupakan pengalaman satu ini.

Pendakian kebukit ini tidaklah sulit, hanya butuh waktu Kurang dari satu jam. Star pendakian adalah dari Jorong ganting dekat SD 24 Ganting Singgalang. Rute akan dimulai dari sawah sawah penduduk hingga ladang sepanjang tanjakan bukit tersebut. Sepuluh menit pertama kita akan disuguhi pemandangan marapi dan singkarak disebelah kanannya. Semakin mendaki tenaga yang dipakai juga semakin terkuras tapi itu sepadan saat kita sampai puncak.

Pertengahan perjalanan, Singgalang dan Tandikek sudah memanggil manggil, jarak yang begitu dekat membuat kita seolah olah hanya butuh satu kali lompatan untuk sampai kegunung Tandikek dari bukit tersebut. Mendekati puncak kita akan melewati barisan perdu yang membentuk lorong alam, lorong selamat datang (hehe).

Berada dipuncak yang bakal kita temui adalah ladang penduduk, tapi pemandangan sekitarnya sangat mengagumkan. Matahari pagi mulai keluar malu malu dengan semburat merah yang mempesona. Bagaikan kekuatan magis yang tak tertahankan dari keindahannya. Inilah saat saat matahari tak terlalu sombong dan angkuh memamerkan keindahannya, keindahan yang tak bakal bikin menyesal.

Selain pemandangan matahari terbit, dari atas bukit ini bakal menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Jika kita menghadap kerarah Barat maka kita bakal menyaksikan Gunung Singgalang dan Tandikek disebelah kanan kita serta beberapa air terjun yang menyelip diantara lembah lembahnya, dihadapan kita akan dihadiahi pemandangan pariaman dan laut lepas yang luas serta sungai yang berkelok kelok. Jika kita mengarah kearah kiri, barisan bukit barisan bakal memanjakan mata kita, dan tentunya Marapi berada dibelakang kita.

Baik matahari terbit maupun matahari tenggelam sama sama menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan dari spectrum cahaya tampak terpanjang sekaligus terlemah. Mereka menandakan adanya awal dan akhir, dan menegaskan bahwa baik awal maupun akhir Harusnya indah, seolah olah semesta meminta kita membuat awal dan akhir hidup kita juga indah.
Itulah sedikit tentang nagari singgalang, bagiamanpun keindahan suatu tempat Kalau tak dijaga bakal rusak pastinya. Jagalah alam kita, perlakukan dia dengan baik maka hal yang baik bakal datang pada kita.
Share:

29 August 2017

Silokek, Tanah Surga di Tanah Sijunjuang

Sumbar memang tak pernah matinya kalau masalah keindahan alam, setiap sudut ranah minang yang bercirikan rumah gadang ini memiliki ciri khas masing masing. Tak kalah dengan tempat lain di Sumbar, Sijunjung juga memiliki pemandangan yang tak kalah indah, salah satu bagian Sijunjung yang menjadi perhatian adalah Nagari Silokek, sebuah daerah yang memiliki pemandangan bukik nan indah dan berisi puluhan Goa yang mempesona.



Ketika memasuki daerah ini kita bakal disuguhi pemandangan bukit bukit indah yang menjulang tinggi, bukit bukit yang boleh saya bilang seperti bukit tempat shooting film kera sakti di Tiongkok sana, begitu mengagumkan, memanjakan mata penikmat alam. Apalagi Silokek juga di anugrahi tanah yang kaya akan unsur Aurum atau aurora atau lebih kita kenal dengan emas. Yach, Silokek begitu kaya dan menawan.


Ada banyak Goa disini, di pinggir jalan saja bakal kita temukan Goa yang indah, tapi kali ini Goa yang menjadi fokus saya adalah sebuah Goa di atas bukit yang dikenal sebagai Goa Talago atau Telaga.


Untuk mencapai Goa ini, Kita membutuhkan tenaga prima karena letaknya yang diatas bukit dan tersembunyi oleh pohon pohon. Dari titik awal membutuhkan sekitar satu jam lebih untuk sampai mulut Goa. Jalur yang dilalui berupa perkebunan warga dan semakin keatas adalah hutan yang masih terjaga. Mendekati Goa, jalurnya berupa tanah berbatu yang runcing, sehingga harus berhati hati Kalau tak mau Luka akibat goresan batu.


Begitu memasuki mulut Goa, Kita akan disuguhi ruangan luas yang memiliki pemandangan menakjubkan khas Goa Goa dimanapun, stalagmite dan stalagtig dan jejaran batuan yang menawan akan membuat kita berdecak kagum, bagian ruangan ini ada juga yang saya anggap sebagai pentas (tempat konser gitu), dan tentunya juga menawan. Ketika musim hujan, lantai ruangan pertama ini akan digenangi air dan membentuk sebuah telaga kecil Namun Kalau musim kemarau, telaga tersebut takkan kita temui.




Dari ruangan satu, ada celah cukup besar dan mengarah ke ruangan berikutnya, bagian yang mencolok dari tempat ini adalah stalagmite yang menjulang tinggi dan tersusun rapi, tapi stalagtig tak begitu kentara, memiliki langit langit yang tinggi.



Memasuki ruangan ketiga, jalurnya semakin dalam kedalam bumi, celah untuk masuk keruangan ketiga sangat curam, lantai batu yang miring bakal membuat masuk kedalam agak susah, harus berhati hati Kalau tak mau jatuh dan pastinya sakit. Ruangan ketiga merupakan ruangan yang sangat luas dengan langit langit Goa yang sangat tinggi, sehingga menambah besarnya ruangan ini, keberadaan stalagtig dan stalagmite tak begitu kentara lagi, hanya ruangan dengan lantai tanah, tapi Ditengah ruangan ada lobang yang lumayan dalam yang katanya juga menuju ruangan lainnya (sayangnya kami tak mencoba memasukinya), nampak berbahaya. Hal yang spesial dari ruangan ketiga ini adalah sebuah batu yang berada dibagian pojok ruangan, dan menjadi maskot Goa talago ini. Berupa batu memanjang sekitar dua meter dan berbentuk seperti buaya, sangat mirip dengan buaya (mulai dari mulut sampai ekor, tapi saya tak tau apakah batu itu juga memiliki legendanya sendiri).


Dari dalam Goa diruangan ketiga, hewan yang kami temui adalah seekor serangga seperti jangkrik jumbo yang memiliki tubuh yang sangat besar yang jauh melebihi ukuran jangkrik lainnya.


Kembali keruangan pertama, ada ruangan satu lagi yang sangat indah, yang boleh saya bilang adalah bagian paling indah dari Goa ini. Dihubungkan oleh sebuah celah sempit (Mohon maaf bagi yang agak berbadan, perlu ekstra Semangat dan perjuangan untuk memasuki ruangan ini). Celah sempit itu adalah pintu masuk kedalam ruangan yang memiiki pemandangan stalagtig dan stalagmite yang memukau, indah. Tak bisa diungkapan dengan Kata Kata. Ada yang seperti pelaminan, atau Bentuk lainnya. Dinding ruangan ini berupa batu yang mirip tirai yang tinggi. Bagian ruangan ini tak salah disisakan untuk yang terakhir walaupun hanya dibatasi celah sempit,pemandangan diruangan ini adalah juaranya. Kalau Kata orang maknyos.


Silokek juga punya bagian yang memukau dibagian sungainya (tapi jangan mandi disungai yang alirannya sudah tercemar oleh tambang emas, nikmati aja). Bernama pasir putih, bagian tepian sungai ini pas banget untuk berkemah, apalagi bakal disuguhi pemandangan bukit yang memukau.


Itulah sekilah mengenai keindahan Silokek, Sijunjung khusunya dan Sumatera Barat umumnya, JAGALAH ALAM KITA, Rawat DAN LESTARIKAN SELALU. 

Share:

28 August 2017

Maek, Negeri Seribu Menhir, Bukti Peradaban Prasejarah Nenek Moyang Orang Minangkabau

Nagari Maek atau Mahat, mungkin nama daerah ini tidak sepopuler daerah-daerah lain di tanah Minang. Namun siapa sangka Maek menyimpan bukti nyata bahwa nenek moyang asli Minangkabau sudah ada sejak zaman prasejarah atau zaman megalitikum (Zaman batu besar) sekitar 1000 – 3000 tahun Sebelum Masehi, ini dibuktikan dengan adanya Menhir yang ada di nagari Maek. Menhir menurut arkeolog digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.

Menhir di desa Bawah Parit, Maek
Maek terletak di Kec. Bukit Barisan, Kab Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, terhampar di lembah yang besar dan dikelilingi oleh bukit barisan, memiliki panorama yang indah dan asri. Disana tersimpan bukti sejarah keberadaan nenek moyang orang Minangkabau yang sudah lama yaitu pada zaman prasejarah. Ada banyak Menhir yang ditemukan di sini, memiliki ukuran, bentuk dan pola-pola ukiran yang beragam. 


Dengan fakta tersebut kami sangat tertarik untuk mengunjungi dan melihat sendiri  bukti sejarah sejarah peradaban nenek moyang kami. Kami memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju nagari Maek, kami berangkat dari Bukittinggi melewati Payakumbuh dan meneruskan perjalanan ke Maek, jalanan yang dilalui menuju maek ini cukup berbahaya karena kita akan menuruni bukit yang terjal dengan jalanan yang berbelok dan curam. Waktu yang kami butuhkan untuk mencapai Maek dari Bukittinggi sekitar 3 Jam.


Dalam perjalanan menuruni bukit kita disuguhkan pemandangan hijau yang menyejukkan jiwa dan bukit-bukit yang kokoh terpampang jelas mengelilingi nagari Maek. Sesampainya di sana mata kita akan teralihkan oleh salah satu bukit batu yang terlihat berlubang atau tembus yaitu Bukik Batu Posuak.



Pertama-tama kami mengunjungi kawasan cagar budaya Menhir di desa Bawah Parit, sesampainya disana bisa terlihat kumpulan Menhir yang cukup banyak dalam satu lokasi ini. Masing-masing Menhir ini unik baik dari segi bentuk, ukuran dan motif yang terukir. Mulai dari yang paling kecil hingga yang memiliki tinggi hampir 2 meter. Namun yang sangat menarik dari menhir di Bawah Parit ini adalah kebanyakan memiliki bentuk yang bengkok dan condong ke satu arah yaitu ke arah tenggara atau Gunung Sago.








Setelah kami puas melihat-lihat Menhir dikawasan Bawah Parit kami menyempatkan untuk melihat Menhir yang ada di desa Koto Gadang Maek, disini ada beberapa Menhir yang besar dan memiliki bentuk dan pola yang unik. 

Menhir di desa Koto Gadang, Maek



Sebenarnya masih banyak lokasi Menhir khusunya di Maek ini, namun kami hanya memiliki kesempatan untuk melihat di dua desa ini. Di Maek kita bisa menyaksikan hamparan keindahan alam yang masih asri dan bukti sejarah yang masih terjaga yang menjadi bukti bahwa nenek moyang orang Minangkabau sudah ada sejak lama, dengan peradabannya yang sudah lama sebelum zaman prasejarah. 

Share:

27 August 2017

Puncak Layang Layang

Berikut Ini merupakan kisah perjalanan kami beberapa waktu silam takkala kami berkumpul bersama sama bersenda gurau, bercerita  dengan secangkir kopi sebagai pemanis gurauan, seperti biasa kalau sudah berkumpul pasti selalu ada yang mengatakan kemana arah dan tujuan kita kali ini.  Nah, hal ini selalu membuat kami putar otak kemana tujuan kami kali ini dan akhirnya tujuan pun ditentukan ke arah danau singkarak. Sebuah danau yang terkenal di Sumatera Barat selain danau Maninjau.

Seperti yang kita ketahui danau singkarak terbentang luas dengan pemandangan danau dan perbukitan yang selalu memanjakan mata bagi penikmat alam maupun hanya bagi pengendara jalur lintas Padang Panjang---Solok atau sebaliknya. Nah, tujuan kami kali adalah kesalah satu bukit yang mengelilingi danau singkarak ini yaitu puncak layang layang---begitu lah warga sekitar menyebutnya. pejalanan menuju puncak layang layang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, hanya butuh waktu sekitar 45 menit dari Padang Panjang dengan kendaraan bermotor.


Kami pun memulai perjalanan kira kira jam 2 dari padang panjang langsung menuju danau singkarak, bersama sama bergiringan dengan sepeda motor dengan didukung cuaca yang cerah menambah semangat untuk perjalanan ini. seperti biasa, tak enak kalau tak membawa bekal sehingga kami pun berhenti sebentar untuk membeli beberapa perbekalan penambah nikmat cerita sampai di tujuan.

Sepanjang Perjalanan menuju puncak layang-layang ini akan disungguhi pemandangan yang menyejukan mata dengan hamparan persawahan nan hijau dan perbukitan yang indah sepanjang danau ini. Memasuki bibir danau, singkarak pun menyapa kami dengan riak  air danau seperti tarian selamat datang yang menyambut kedatangan kami. Tanjung mutiara laksana penyemangat yang menandakan tujuan kami sudah dekat---pintu masuk ke puncak layang lanyang sudah dekat, persimpangan dengan plang sekolah MTsSM Padang Luar Nagari III Koto Kecamatan Rambatan yang merupakan jalan menembus menuju Batusangkar adalah gerbang menuju surga ini.


Dari persimpanan, Perjalanan dilanjutkan kearah bukit melalui jalan tanjakan yang cukup terjal. Tapi sepanjang jalan menuju puncak yang kami tuju, akan diperlihatkan pemandangan danau singkarak yang malu malu ditutupi oleh pepohonan.  untuk mencapai ke puncak layang layang tidaklah terlalu sulit, meski jalur yang dilalui berupa jalan tanah yang bercampur kerikil bergelombang dan tanjakan yang terjal,  Akan lebih asik dan nyaman jika mengunakan motor Trail yang memang khusus untuk medan seperti ini.  Dari puncak ini, kita akan disuguhin oleh hamparan padang ilalang yang cukup luas dan danau Singkarak terbentang luas dibawahnya.  Setumpuk pohon pinus menjadi ciri khas tersendiri di atas bukit yang sangat ikonik.


Dari puncak bukit, mata kami benar benar dimanjakan oleh keindahan padang ilalang yang bergoyang harmonis oleh belaian lembut angin yang menyejukan diantara pohon pinus ditambah lagi dengan cuaca yang cukup bersahabat, mendukung keberadaan kami dipuncak ini. Bagaimanapun keindahan suatu tempat tak asyik kalau tak diabadikan. Dan kami pun tak lupa mengabadikan setiap sudut keindahan dengan jepretan foto foto kemenangan akan tempat ini. Satu hal yang takkan dilupakan dari tempat ini adalah pemandagannya benar benar lepas dan memberikan kepuasan tersendiri dalam perjalanan kali ini.

“KEEP YOUR ADVENTURE SAFETY, SAVE OUR NATURE AND HAPPY” NIKMATI ALAM TANPA MERUSAK KEINDAHANNYA"

Baca juga perjalanan kami yang lainnya, Terimakasih

By : TML Adventure
Share:

24 August 2017

Gunung Tandikek Simungil yang Mempesona

 Ada beberapa jawaban kalau kita bertanya “Kenapa sih suka mendaki gunung ?”. Dari alasan alasan simpel sampai alasan yang sedikit berat untuk dipahami akan kita dapatkan, ada yang menjawab biar eksis lah, biar kekinian, biar dapat latar photo yang indah untuk upload dimedia sosial, atau alasan lebih dekat dan menyatu dengan alam sampai alasan biar dekat dengan TUHAN (dalam hal ini saya tak mengerti sama sekali karepa harus kegunung biar dekat dengan Tuhan), tapi apapun jawabannya geng, itulah kita, punya jawaban masing masing-tak perlu dipermasalhkan

 
Itulah sedikit celotehan tentang arti gunung yang sering kita dengar dari berbagai pendaki gunung gengs. Namun kita tak membahas masalah itu gengs, tapi kita akan membahas salah satu gunung di Sumbar yang menjadi salah satu surganya gunung di Sumatera ditanah termasyur kelahiran Hayati, Sumatera Barat. Dan yang menjadi fokus kali ini adalah si mungil yang mempesona yaitu Gunung Tandikek (Tandikat) yang terletak ditiga kabupaten sekaligus (tanah datar, padang pariaman dan agam).

                                          Gunung Tandikek dari jorong Ganting, Singgalang

Berdiri setinggi 2438 meter dari permukaan laut, gunung Tandikek memang tak segagah Marapi atau secantik Singgalang yang menjadi tonggak penjaga tanah Datuak Maringgih ini, namun Tandikek memiliki keelokan tersendiri yang sulit dilupakan begitu saja. Berdiri berdampingan dengan Singgalang membuat kedua gunung ini digadang-gadang sebagai gunung kembar dan menjadi latar favorite photo kalau dari Marapi. Ketiga gunung ini akrab disebut Triarga yang bagi saya yang lahir diderah tiga gunung ini melambangkan mereka sebagai lambang keluarga minang (Marapi adalah ayah yang tegar dan berapi api menjaga keluarganya, Singgalang merupakan lambang bundo kanduang yang menyayangi keluarga dan martabat keluarganya sehingga tak salah kalau penuh air, sedangkan Tandikek sendiri merupakan contoh anak yang mendapat didikan tegas marapi dan kasih sayang Singgalang. tak heran kalau Tandikek menjadi gunung aktif yang tak begitu bergejolak).

Ada beberapa jalur yang bisa dipakai untuk menikmati gunung ini, tapi jalur yang dipakai adalah jalur via lubuak mato kuciang yang berbatasan dengan kota Padang Panjang dikenagarian Singgalang.Jalur disini relative lebih mudah dan pendek dibandingkan beberapa jalur lainnya dan ada beberapa air terjun juga disekitar jalur ini.

Butuh waktu sekitar 7 jam perjalanan dari titik awal pendakian didaerah Rawang, jorong Ganting ,nagari Singgalang hingga mencapai bibir kaldera yang lumayan luas dan memanjakan mata. Rute yang dilalui dari titik awal berupa jalur mendaki-landai yang tak begitu menguras tenaga. Namun dari shelter II (sekitar 2 jam lagi sebelum puncak) bakal menguras stamina yang lebih.Pohon pohon tumbang bakal menemani langkah dan dibeberapa tempat pendaki harus dipaksa merunduk untuk bisa terus lanjut (nah toh pegal pegal dech tu pinggang, apalagi yang membawa carrier besar, gue hanya mau bilang semangat berjuang gengs).


Memiliki tipe vegetasi hutan hujan yang masih terjaga dan lebat dengan kanopi yang rapat, Tandikek masih diisi oleh hewan hewan yang menjadi ciri khas penghuni hutan sumatera yang sudah jarang ditemui dihutan kedua gunung lainnya (Marapi dan Singgalang). Sepanjang pejalanan tak jarang bakal menemukan jejak kaki harimau (datuak dari hutan rimba sumatera), kotoran kotoran hewan bakal mudah ditemui dijalur ini, bahkan kalau beruntung bakal menemukan Tapir yang pemalu.
  



   “Seberkas cahaya menjadi begitu luar biasa bukan karena   cahayanya, tetapi karena keadaan sekelilingnya. Semakin pekat, semakin bernilailah cahaya itu. Maka nilai itu bukan oleh apa yang di keluarkan, tetapi apa yang telah memberikannya. Karena hanya dengan memberikan dia akan menerima.” ― Dian Nafi, Mayasmara

    Harapan adalah kemampuan untuk melihat bahwa ada cahaya meskipun semua dalam kegelapan.








Percayalah, belum ke-Tandikek kalau belum masuk kedasar kaldera yang bakal memanjakan mata dengan pemandangan khas dari gunung Vulkanik aktif. Dalam kaldera Tandikek bakal ditemukan beberapa kawah yang aktif menyemburkan asap belerang dan diantaranya mengeluarkan suara gemuruh dari aktivitas vulkanik dalamnya.

Pemandangan ke arah kawah Gunung Tandikek



Salah satu sisi kawah Gunung Tandikek yang aktif mengeluarkan belerang
                                     
Dalam kaldera juga terdapat suatu Goa kecil yang juga bakal memanjakan mata dengan warna-wrna yang memanjakan mata dari material vulkanik yang masih aktif mengeluarkan belerang yang menyengat.Memiliki warna yang beraneka ragam dari garam mineral akibat aktivitas vulkanik membuat goa kecil ini sangat memukau dan menjadi tempat photo yang bagus bagi yang suka ber-selfie ria.Hhaaaa


Pemandangan dari pintu goa dalam kaldera Gunung Tandikek
                                       
Pemandangan dari pintu goa dalam kaldera Gunung Tandikek

Dalam lantai kaldera Tandikek juga terdapat telaga kecil yang airnya masih layak untuk diminum walaupun sedikit berasa pahit, namun saat kemarau airnya bakal menghilang meninggalkan lapangan kering yang luas.


“Bagi para jomblo sejati, ada spot photo yang wajib dicuba, seperti tempat lainnya yang memiliki pohon jomblo ,Tandikek juga punya pohon jomblonya sendiri buat kalian yang juga jomblo gengs.
Awas bagi yang punya pasangan jangan coba coba photo disini Kalau tak mau nantinya kena kutukan jomblo yang mengenaskan. Hmmmm"
Pohon Jomblo di Gunung Tandikek

Bagi yang menyukai dan pencari sunset ataupun sunrise untuk diabadikan dalam photo ataupun hanya menikmatinya, Tandikek juga memiliki keindahan lain dari perjalanan matahari sang penentu waktu, Sunrise dan sunset Tandikek juga tidak kalah mempesona dibandingkan ditempat lainnya.


                                  
 Perbandingan matahari terbit dan tenggelam digunung Tandikek
                                   
“Saya mengetahui malam selalu datang dengan gelap dan ketenangan, sayapun juga mengetahui adanya cahaya dan kebisingan disaat pagi hingga senja dan akhirnya kembali datang malam ditemani tiupan angin yang sunyi. Saat itu saya belajar tentang keseimbangan hidup. Belajar tentang banyak hal yang terjadi diantara kedua hal tersebut. Sunyi dan kebisingan, keduanya selalu mendampingi walau mereka berada hampir selalu berjauhan. Senja tahu tentang kepenatan dan rasa bosan yang diciptakan oleh kebisingan yang memuakan, senjapun juga sempat menyaksikan kebahagian yang diciptakan oleh sunyi walau sebentar tetapi itu sangat indah karna senja berwujud cantik selalu berwarna jingga berkilau emas diiringi sinari matahari yang tenggelam untuk tertidur.” ― Randy Juliansyah Nuvus.

Nah, itulah ulasan singkat mengenai gunung Tandikek, simungil yang mempesona dari tanah sumatera barat dan patut dipertimbangkan bagi penggiat pendaki gunung.

“KEEP YOUR ADVENTURE SAFETY, SAVE OUR NATURE AND HAPPY” NIKMATI ALAM TANPA MERUSAK KEINDAHANNYA

Share:

Translate

Our Facebook page