08 February 2018

Lubuak Tujuah

Pagi cerah diiringi sabut tipis menyapa september yang basah. Hari yang bagus untuk melakukan perjalanan, tepat saat nada evanescence-lithium-ku mengalun indah tanda panggilan muncul. Panggilan dari sahabat yang mau pergi menyaksikan keindahan dari lembah Singgalang dan Tandikek (lubuak Tujuah).
Kami melakukan perjalanan menuju lubuak tujuh sekitar jam satu siang, matahari dari pagi yang cerah sudah mulai bersembunyi dibalik awan yang mulai menebal, mengundang keraguan yang dikalahkan tekat yang lebih kuat. Berada dilembah antara gunung Singgalang dan Tandikek, mengalir sebuah sungai yang memiliki aliran yang masih asri dengan dinginnya air gunung yang juga memiliki pemandangan yang menakjubkan. Dikenal sebagai lubuak tujuah---sebuah aliran dari mata  Singgalang untuk anak tersayang Tandikek.
Satu jam kami habiskan perjalanan dari desa terakhir memasuki hutan perawan Tandikek sebelum lanjut lebih dalam kedalam hutan Singgalang yang menawan. Sekitar jam kami sampai kami berhasil menapaki kaki di lubuk pertama dan cuaca semakin mendung. Kami memutuskan hanya sampai dilubuk pertama dan kedua yang masih bersebelahan. Takut kalau semakin dalam hujan turun dan ditakutkan air bah datang (tipe aliran sungai ini mudah meluap kalau hujan turun). Menikmati karunia Tuhan yang 100% alami, jauh dari campur tangan manusia, memanjakan mata kami dengan sungguhan alam dari air terjun yang jatuh kelubuk dan disambung kelubuk pertama yang memiliki kedalaman tak terkira (bagian lubuknya sudah gelap walau airnya sangat jernih). Tak terasa kaki melewatkan waktu yang panjang di lubuk pertama dan kedua ini sampai tak terasa sudah mendekati jam 4 dan bertepatan dengan cuaca yang mulai menampakkan langit biru, membuat kami memutuskan untuk melanjutkan kelubuk ke-3 (hanya sampai lubuk 3) yang berada tak jauh dari lubuk kedua.



 Lubuk ke-3 memiliki kolam yang lumayang dalam walau tak sebesar lubuk pertama dengan air terjun yang memilliki susunan batu yang mengagumkan. Batuan granik dari hasil letusan entah gunung singgalang atau Tandikek, yang penting pemandangan yang cukup memanjakan mata. Sebuah batang pohon membentang disalah satu sudut lubuak ke-3 yang terkadang menampakan penghuni berupa ular yang cukup besar, sehingga disarankan untuk tidak berenang.



Perjalanan yang direncanakan hanya sampai lubuk 3 mengundang kami lebih dalam menulusuri lubuk lubuk selanjutnya, walau hari semakin sore untuk Perjalanan ditengah hutan belantara yang masih perawan. Lubuk-4 terbentuk dari aliran sungai dan tak memiliki air terjun tapi memiliki susunan batu yang sangat memukau (bolehlah untuk satu atau dua buah photo).

Misi masih berlanjut kelubuk selanjutnya, jalan masih nengikuti aliran sungai yang taj begitu sulit, dan diantara lubuk 4 dan 5 ini kami melihat suatu yang menakjubkan sekaligus menakutkan, sebuah telapak kaki yang baru tergambar dipasir tepian sungai, telapak yang lumayan besar untuk ukuran kaki manusia (karena tak mungkin manusia biasa termasuk orang kampung untuk masuk hutan tanpa alas kaki atau sepatu dan menurut cerita orang kampung kemungkinan itu adalah jejak sibigau).
Lubuk ke-5 mungkin lubuk yang dangkal dibandingkan lubuk lubuk lainnya dan memiliki air terjun sekitar 3 meteran dan masih instagramable (hahaha).
Hari semakin sore, semangat untuk melanjutkan kelubuk ke-6 semakin menggebu, sisa langit biru masih membekas. Untuk mencapai lubuk ke-6 jalur yang dilalui lebih sulit dari jalur sebelumnya, dimana webbing diperlukan disini dan jaraknya dari lubuk 5 lumayang jauh. Lubuk 6 memiliki air terjun sekitar 5 atau enam meter dengan lubuk yang lumayan besar. Sebuah batang membentang dari puncak air terjun hingga pinggiran kolam lubuk, tempat duduk yang lumayan untuk menikmati pemandangan.

Hari semakin sore dan hanya meninggalkan satu lubuk lagi yang sayang kalau tak dituntaskan. Untuk mencapai lubuk 7 kami juga harus memakai tenaga yang tersisa, sebuah pinggiran tebing sebelah air terjun dari lubuk ke 6 harus kami kalahkan dan menelusuri aliran sungai sesudahnya, tapi kami suguhi oleh pemandangan dari lubuk terakhir yang mempesona. Berdiri tegak sekitar 6 atau 7 meter. Bagian kolam sebelah kanan dari lubuknya dipenuhi tumpukan ranting dan sebuah pohon tumbang yang berdiri tegak dari dasar lubuk membuat suasana penuh magis yang mempesona, sebuah magic hour terangkai dari paduan alam ditambah lagi bagian tebing yang mengelilingi air terjun dan lubuk terakhir ini sangat mengagumkan. Top cer.

Kami merelakan senja yang mengundang malam menemani perjalanan kami untuk pulang, penerangan seadanya membuat kami juga harus berhati hati. Perjalanan penuh makna terukir saat ada sahabat menemani setiap langkah yang tercipta, setiap langkah adalah Takdir Tuhan yang penuh misteri. Hehe.


“KEEP YOUR ADVENTURE SAFETY, SAVE OUR NATURE AND BE HAPPY” NIKMATI ALAM TANPA MERUSAK KEINDAHANNYA
Share:

Translate

Our Facebook page