Gunung Tandikat juga
merupakan bagian dari 3 puncak gunung di Minangkabau yang dikenal dengan
Puncak-puncak Tri Arga (yaitu Singgalang, Marapi dan Tandikat). Meski Tandikat
kurang populer di kalangan para pendaki, tapi ini dianggap sebagai nilai lebih.
Suasana yang alami dan jarang dijamah manusia menjadikannya berbeda dengan
kedua puncak gunung yang lain.
Gunung Tandikek jarang sekali didaki dan hewan liar seperti
harimau sumatra masih bisa ditemui di hutan-hutan Gunung Tandikat ini. Untuk
mendaki gunung ini dibutuhkan alat dan kemampuan navigasi yang memadai. Keadaan
jalan setapaknya tidak jelas dan bahkan kadang-kadang hilang atau terputus, serta hutannya masih rapat dan
lembap. Selain itu antara ketinggian 650—1.700 m dpl, dijumpai banyak sekali
pacet di sekitar jalan setapaknya. Hal-hal tersebut membuat gunung ini menjadi
tantangan tersendiri bagi para pendakinya.
Pendakian ini kami mulai dari Rute Desa Singgalang Ganting
Dari Padang Panjang kami mengendarai sepedamotor menuju Desa
Singgalang Ganting melewati pemandian alam terkenal di kota Padang Panjang
yaitu Lubuk Mata Kucing. Nah,
di desa inilah kita melakukan registrasi pendakian dan melapor kepala kelapa
jorong setempat atau jurukuncinya bernama bapak St. Brain (merupakan gala yg
diberikan di adat minang kabau setek besar) . Registrasi dipungut biaya lima
ribu rupiah per orangnya. Melalui registrasi ini nama pendaki akan dicatat. Hal
ini untuk mencegah kemungkinan terburuk jika pendaki hilang atau belum kembali
pada waktu yang ditentukan. Dalam pendakian ini kami beranggotakan 10 orang,
sebelumnya kami semua juga belum pernah pergi ke gunung tandikek tetapi kami
telah mencari informasi mengenai gunung ini dan bertanya juga pada penduduk
setempat bagaiman jalur dan treknya sebagai mana yg pernah saya ceritakan
sebelumnya di petualangan sebelumnya di surga tersembunyi di kaki gunung
tandikek. Di desa ini pula terdapat warung-warung penduduk dimana kita dapat
membeli logistik yang masih kurang. Dari desa ini kita menuju mushola terakhir
sebelum melakukan pendakian. Perjalanan dari Desa Singgalang menuju mushola
terakhir membutuhkan waktu lebih kurang empat puluh lima menit dengan track
menanjak tetapi kita tidak perlu cemas karna tracknya tidak begitu curam dan
sekarang jalannya sudah di aspal.
foto pertama memulai perjalan sesudah mushola
Dari mushola, kita dapat melanjutkan perjalanan.
Track berikutnya adalah melalui saluran air atau bandar hingga kita mencapai
sebuah sungai berbatu yang cukup besar dengan lebar kurang lebih 5 meter.
Setelah melakukan perjalan dari mushola sekitar 50 menit kita sampai di shalter
1 dan sumber air, Di sini kita dapat beristirahat sejenak sambil menikmati
suasana sungai berbatu. Di sini pula kita dapat melakukan aktivitas memasak
karena tersedia banyak air. Kebetulan kami nanjak waktu itu sore jam 6 sore dan
sampai di shalter 1 pukul 6.50 sore dan kami memutuskan untuk mendirikan tenda
karna tidak mungkin melanjutkan pejalan malam hari dikarna kan jalurnya samar
samar.
Saat mendirikan tendapun kami di gurur oleh hujan lebat dan kami pun
hujan-hujanan mendirikan tenda dan lansung mengganti pakaian dengan yang kering
agar terhindar dari rasa kedinginan hebat setelah tenda selesai didirikan, kami
pun lansung memasak dalam tenda untuk menghangakan badan yang sudah kedinginan
tadi dan beristirahat untuk melanjutkan perjalan esok harinya. Sebelum
melanjutkan perjalanan pagi ini, ada baik nya kita menigisi jug/tempat air
mengingat track berikutnya tidak ada sumber air sebelum kita sampai di sumber
air berikutnya dengan jarak tempuh enam jam perjalanan lagi.
Track berikutnya adalah perjalanan menajak yang
terus menerus tanpa ada ”bonus”/jalan datar. Kemiringan mencapai empat puluh
lima derajat. Di track inilah kekuatan fisik dan mental benar-benar di uji,
Biasanya para pendaki sering melakukan istirahat sejenak pada track ini guna
mengembalikan kekuatan.
foto saat kami istrahat ditengah perjalan
Setelah perjuangan yang cukup keras sampailah
kami di shalter 2 dan sumber air. Di sini sering dijadikan area camp
bagi para pendaki karena letaknya yang dekat dengan sumber air. Area ini
mempunyai kontur/bidang yang cukup datar sehingga dapat mendirikan tenda. Namun
di area camp ini kita hanya dapat mendirikan maksimal hingga tiga tenda
mengingat bidangnya datarnya yang tidak terlalu luas. Sedangkan sumber air
berada di sisi kanan. Untuk mencapai sumber air kita perlu turun ke bawah
dengan ketinggian kurang lebih sepuluh meter. Namun, air yang mengalir di
sumber air ini relatif kecil, Area ini juga sering dijadikan para pendaki
sebagai tempat bermalam. Di sini juga banyak terdapat ranting dan dahan pohon
yang sudah mati yang cocok untuk dijadikan api unggun.
foto saat berada di shalter 2
sumber air kedua ditengah perjalanan
Tetapi kami terus
melanjutkan perjalanan hanya berhenti sebentar disi untuk mengisi persedianan
air yang sudah kurang dan melanjutkan kembali perjalanan sampai ke sumber air
yang ke 3 dalam perjalanan menuju puncak kira kira memakan waktu 60 menit dan
disini baru saya dan kawan kawan berhenti dan memasak bekal yang kita bawa agar
tenaga yang sudah terkuras dari tadi dapat pulih kembali dan trus melanjutkan
perjalanan kembali.
foto saat pemsangan tanda saat istrahat
Dari area tempat kami memasak ini untuk mencapai
puncak diperlukan waktu kurang lebih satu jam perjalan lagi dengan track yang
mempunyai kemiringan kurang lebih empat puluh lima derajat. Setelah menempuh
track tersebut barulah kami mesti melewati track menurun lagi dan menanjak lagi
untuk sampai di Puncak Gunung Tandikek. Mencapai puncak gunung merupakan sebuah
kenikmatan bagi kami maupun para pendaki lainnya. Saya dan kawan kawan sampai
di puncak gunung tandikek tepat pukul 5 sore dan lansung mendirkan tenda. Namun
kenikmatan tidak sampai di sini saja, kami masih dapat menikmati kawah Gunung
Tandikek yang suara kawahnya seolah-olah menyambut kedatangan kami, Kawah
gunung tandikek berada kurang lebih lima puluh meter di bawah puncak dan kami
pun beruntung dapat cuaca yang sangat bagus sore itu dapat menikamti indahnya
matahari terbenam dari puncak gunung tandikek.
foto saya saat menikmati indahnya mathari terbenam di puncak
gunung tandikek
puncak gunung tandikek
Kami pun langsung mengabadikan
moment itu, hari pun semakin gelap dan kami pun masuk kedalam tenda untuk
beristrahat dan memasak air untuk menghangatkan badan dan memasak bekal bekal
kami dan bercerita cerita sama kawan kawan dan bersenda gurau sampai malam
posisi kami saat berada dipuncak gunung tandikek
malam itu hari tetap bagus bintak pun terlihat jelas dan ditemani sinar bulan
dan beristrahat agar tenaga kami kembali fit untuk besok pagi. Pagi pukul 5.30
saya pun keluar dari tenda bertiga dengan teman untuk menyaksikan matahari
terbit dan kami pun beruntung juga mendapatkan matahari terbit yang begitu
indah…maha besar Allah telah menciptakan alam ini dengan begitu sangat indah
foto matahari pagi dari gunung tadikek
Hari pun menjelang siang kami pun memasak kembali
untuk membuat sarapan dan melanjutkan perjalanan menuju kebawah kawah tandikek,
Untuk menuju ke kawah ini kita harus sangat berhati-hati karena kemiringan
mencapai enam puluh derjat, dengan tanah cadas yang rapuh. Setelah dua puluh menit
perjalanan menurun dari puncak barulah kita sampai di kawah gunung tandikek. Di
sinilah kita merasakan sebuah kenikmatan baru. Kawah Tandikek berkontur datar
berbentuk sumur, dimana sekeliling kawah ini kami dapat melihat pusat titik semburan gas sulful. Para pendaki sering juga mengambil
belerang yang berwarna kuning ini untuk kenang-kenangan ataupun untuk obat, kami pun juga ikut mengambil belerangannya yang katanya berkhasiat untuk memuluskan kulit muka.
foto kawah tandikek dari puncak
foto saat berada di kawah kawah kecil tandikek
foto saat berada di kawah tandikek
Masih ada yang menarik dari kawah ini, yaitu
terdapat sebuah gua dan gua yang cukup besar yang mengelarkan asap belerang dan
tetesan air hangat dari dinding gua. Di gua ini kita dapat beristirahat dan
melakukan kegiatan memasak, karena di kawah ini juga terdapat sumber air. Dan
setelah cukup lama menikmati indahnya kawah gunung tandikek saya dan kawang pun
kembali ke puncak dan packing melanjutkan perjalanan pulang setelah beristrahat
dari kawah tandikek,
foto dimulut gua kawah gunung tandikek dengan asap belerang
yang keluar dari dalam gua
dan di dalam perjalanan pulang kami diguyur hujan dari
shalter 2 sampai kebawah dan sampai di shalter 1 kami mesti melintasi batang
aia (sungai) dimana setelah diguyur hujan deras air sungai pun meluap untung
adanya pohon yang tumbang melintasi sungai tersebut kami pun mesti hati hati
melintasinya dengan tali di ikat kepinggan dan melintasi sungai tersebut,
perjuangan saat melintasi sungai melewati pohon yang terbelintang
ditengah sungai
satu
satu saya pindahkan carrier yang besar melintasi sungai tersebut air pun
semakin besar dan kami pun melintasi sungai tersebut bergantian dengan tali di
ikat di pinggan agar kita lebih aman melintasi sungai ini bener benar
petualangan yang sangat berharga dan tidak akan pernah saya lupakan bersama
dengan kawan kawan. Sampai kembali kami dengan selamat dan sehat tanpa kurang
satupun di mushola tempat kita memulai pendakian.
By : TML Adventure
“SELAMA PERJALANAN KITA LALUI DENGAN NIAT BAIK
KARENA ALLAH, MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN JALAN YANG MULUS DAN MEMBERIKAN LEBIH
DARI YANG KITA HARAPKAN”
“JAGA ALAM DAN LESTAIKANLAH MAKA ALAM AKAN SELALU
BERSAHABAT DENGAN KITA”
mntap yo da.. :D
ReplyDeleteKeren om.
ReplyDeleteSalam lestari..dri j-pas adventure bkkt
ReplyDeletemantap gan, semoga jejak dan tulisannya membantu pendaki selanjutnya,
ReplyDeletenext target juga buat saya biar tri arga terasa :D
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete